HR Agung Laksono – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI)
Saudara saya, Zulfikar Achmad telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memulai perubahan kearah kemajuan tersebut. Selain membangun dan memperbaiki infrastruktur dan mendorong pengembangan industri perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan dan pariwisata, Bupati Zulfikar Achmad juga menggagas dibangunnya bandar udara dikabupaten Bungo. Bandar udara merupakan pintu gerbang yang berfungsi membuka dan mempercepat peningkatan aktivitas semua sektor kehidupan. Perdagangan dan investasi akan lebih berkembang mana kala terdapat layanan transportasi yang realiable cepat dan ekonomis.
H. R Usman Dung dan Drs H. NM. Sanusi - Ketua Umum dan Wakil Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bungo
Kiprah H. Zulfikar Achmad dalam mengemban amanah sebagai Bupati Bungo sangatlah baik, hal ini dapat dilihat dari sikap kesungguhan dan keseriusannya membangun Bungo, baik yang mencakup objek maupun subjek pembangunan. Keseriusan dan kesungguhan itu juga ditunjang dengan kehidupan H. Zulfikar Achmad sebagai sahabat yang selalu menampakan senyuman. Senyum khas dan ikhlas yang selalu tampak dari raut wajah H. Zulfikar Achmad ini senantiasa disajikan bahkan jauh hari sebelum menjadi Bupati kepada siapapun terutama mereka yang beragama Islam. Keramahan dan ketegasan dan tak jarang kelakar yang membawa tawa sering beliau hadirkan dalam pergaulan sehari-hari, baik ketika Dinas selaku Bupati maupuan sebagai sahabat pada setiap kesempatan.
Korelasi kehidupannya sebagai seorang sahabat dan sebagai Bupati cukup menonjol. Hal ini dapat terlihat dalam sikap dan perhatiannya terhadap gagasan, prakarsa dan kegiatan yang ditawarkan, khususnya di bidang syiar kemaslahatan dan peningkatan kualitas umat, beliau selalu menyambutnya dengan baik dan sekaligus memberikan dukungannya bagi pemrakarsa, penggagas dan pelaksana.
Filosofi yang digunakan oleh H. Zulfikar Achmad dalam memimpin Bungo cukup sederhana tetapi sarat dengan muatan yang mencakup dua dimensi sekaligus, yakni kehidupan duniawi dan ukhrawi. "Hidup ini harus disyukuri dengan berkarya dan beramal; Dunia adalah lahan untuk menanam kebajikan".
Dalam menjalin persahabatan filosofi H. Zulfikar Achmad persis sebagaimana yang tertuang dalam Hadist Rasulullah SAW, ”manusia yang baik adalah manusia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain”. Oleh karenanya perbedaan status, suku dan kedudukan bukanlah halangan bagi beliau untuk bersahabat dan menjalin persaudaraan. Kenyataan ini dapat kita lihat dari banyaknya anak asuh yang bernaung di lingkungan keluarganya.
Sebagai seorang sahabat, tentu saja banyak cerita suka duka yang terukir dari persahabatan tersebut. Satu yang tak terlupakan pada saat menghadiri acara pemberian gelar adat kepada Bupati Bungo di desa Sungai Betung Kecamatan Rantau Pandan. Kebetulan hari itu musim penghujan dan air sungai batang Bungo dikala itu naik, yang mengakibatkan banjir dan putusnya jembatan layang (gantung) menuju desa tersebut, dengan penuh optimis dan rasa kebersamaan, beliau bersama staff/rombongan berjalan kaki dijalan yang penuh lumpur.
Jalan yang dilalui ± 4,5 KM melintasi kebun karet penduduk. Karena hujan dan celah-celah rumput yang tebal, tidak jarang pacet/lintah (sejenis ulat yang lengket penghisap darah) menempel dikaki hingga mencapai 3 – 5 ekor dengan rasa kesal dan jijik terpaksa harus memegang kaki yang penuh lumpur itu untuk membuang Pacet tersebut. Sampai dilokasi yang dituju sudah mendekati dzuhur, setelah sholat berjamaah, acara dilansungkan sampai jam tiga sore, dan kamipun bersama rombongan pulang dan sampai dikota Muara Bungo hampir jam setengah enam sore.
Dalam perbincangan dengan H. Zulfikar Achmad, pencapaian yang diinginkan dan kerap diutarakannya adalah program pembangunan daerah yang sedang, dan yang akan berjalan, baik pembangunan fisik atau non fisik.
Sebagai seorang bupati yang ingin membawa Bungo ke masa depan, dalam pandangan saya, ia bisa menjadi yang sekarang ini, karena ia termasuk orang yang ikhlas dan berdisiplin dalam berkarya dan beramal. Ia selalu menempatkan dirinya sebagai seorang sahabat, seperti kekasih menunggu kekasihnya, dengan kata lain senantiasa rindu dan merindukan.
H. Machmud AS - Ketua Lembaga Adat Kabupaten Bungo
Kiprah H. Zulfikar Achmad dalam mengemban amanah sebagai bupati Bungo sangatlah besar, hal ini dapat dibuktikan dari sifat sungguh-sungguh, serius, kerja keras serta keilhlasan beliau untuk melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan yang ada untuk membangun kabupaten Bungo. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kerja sama yang sebaik-baiknya dengan DPRD dan seluruh unsur yang ada ditengah-tengah masyarakat demi menunjang keberhasilan pembangunan fisik maupun mental sesuai dengan motto dibumi langkah serentak limbai seayun, yang bermakna berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Penampilannya ramah dan penuh senyum selalu nampak dalam kehidupan H. Zulfikar Achmad sebagai seorang sahabat. Sikap ini dalam arti kata, yang tua dihormati, yang sebaya disegani dan yang kecil disayangi. Disamping itu, H. Zulfikar Achmad adalah pribadi yang tegas dalam menentukan sikap dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ketika dinas selaku Bupati maupun sahabat dalam setiap kesempatan, beliau selalu senantiasa bertutur kata yang santun.
Gagasan, prakarsa dan kegiatannya yang ditawarkannya sebagai Bupati sangatlah menonjol khususnya dibidang pemberdayaan, pelestarian, pengembangan lembaga adat. Beliau selalu menyambut baik dan sekaligus memberi dukungan bagi pemrakarsa, penggagas dan pelaksana. Hal ini dapat dibuktikan dengan telah dibangunnya sarana dan prasarana, kompleks balai adat dan sekretariat lembaga adat kabupaten Bungo dalam upaya mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai adat yang berkembang ditengah masyarakat sesuai dengan icon yang dipakai, Dibumi langkah serentak limbai seayun. Dalam memimpin masyarakat Bungo, terlihat bahwa H. Zulfikar Achmad, menerapkan prinsip mensejahterakan masyarakat dunia dan akhirat dalam arti kata baliau mendahulukan kepentingan kesejahteraan rakyat, yang berlandaskan iman dan taqwa serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai seorang sahabat, H. Zulfikar Achmad senantiasa berprinsip bahwa manusia yang baik adalah yang manusia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan saling menghargai sesama sahabat oleh karenanya perbedaan status, suku, dan kedudukan bukan halangan untuk menjalin persahabatan. Hal ini dapat dibuktikan dari kelompok-kelompok etnis dalam masyarakat Bungo, beliau selalu menghadiri undangan-undangan juga sebagai penasehat terhadap etnis.
Dalam pandangan saya H. Zulfikar Achmad bisa menjadi seperti sekarang ini karena beliau termasuk orang yang amanah, ikhlas dan bekerja keras dalam berkarya dan beramal untuk mensejahterakan masyarakat yang berlandaskan program kerja dan aturan-aturan yang berlaku. Dengan usaha sistem jemput bola dalam arti kata senantiasa selalu berusaha mengadakan pendekatan disemua tingkatan dalam upaya membangun kabupaten Bungo.
Banyak cerita sebagai sahabat yang mengiringi perjalanan H. Zulfikar Achmad. seperti yang ditunjukkannya saat menghadiri acara pemberian gelar adat oleh masyarakat desa sungai Letung kecamatan Batin III Ulu kepada H. Zulfikar Achmad Bupati Bungo. Pada waktu itu kebetulan hari musim penghujan dan air sungai Batang Bungo meluap, sedangkan jembatan gantung putus. Kami harus berjalan kaki ± 4 KM dengan keadaan jalan setapak yang berlumpur dan banyak pacet. Dengan niat ikhlas kami beserta beliau maju terus hingga sampai ketujuan. Hikmah bagi beliu dapat mengetahui kondisi masyarakat yang jauh dipelosok desa. Bagi warga masyarakat, hal ini merupakan kebanggaan bagi mereka yang selama ini belum pernah ada bupati yang sampai kepelosok desa tersebut dan pada saat ini desa tersebut telah dapat dilalui kendaraan.
Pencapaian yang diinginkan dan kerap diutarakan oleh H. Zulfikar Achmad, yang menonjol adalah program pembangunan lapangan terbang, pembangunan rumah sakit umum bertingkat empat dan rencana pemekaran kabupaten Bungo menjadi kota. Sehubungan dengan itu lembaga adat pada rapat kerja daerah bulan Juli 2007, mendukung sepenuhnya program dimaksud.
H. Zulfikar Achmad merupakan figur sahabat yang selalu senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi dan saling nasehat menasehati serta berbagi pengalaman.
Aryanto - Ketua Masyarakat Tionghoa di kabupaten Bungo (BAKOM PKB)
Selaku seorang pemimpin, H. Zulfikar Achmad secara keseluruhan dari masa tugas bupati Bungo sejak tahun 2001 sampai 2007, hari ini beliau selalu mementingkan pembangunan dan berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dipedesaan sekarang ini kita dapat menyaksikan begitu banyak kemajuan yang berlangsung sangat pesat di kabupaten Bungo.
Sikap beliau baik sebelum maupun setelah menjadi bupati kabupaten Bungo, sangat baik. Beliau tidak membedakan suku dan ras atau pengusaha yang ada dikabupaten Bungo ini. Bahkan beliau jika telah kenal dengan orang lain, tak segan untuk menyapa. Beliau juga selalu memberi bimbingan terhadap masyarakat dikabupayen bungo ini.
Dalam pandangan saya, filosofi yang dijalankan oleh H. Zulfikar Achmad adalah keinginannya untuk memacu pembangunan dikabupaten bungo supaya bisa bersaing dengan daerah lain. Oleh karena keinginan inilah, beliau sebagai sahabat, tak jarang untuk selalu mengajak warga untuk membangun kabupaten Bungo bersama-sama.
Hal yang kerap diutarakannya sebagai seorang sahabat adalah keinginan untuk memajukan kabupaten Bungo dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana seperti didaerah lain atau menjadi kota madya. Sekarang kita bisa melihat kiprah H. Zulfikar Achmad yang sedang melaksanakan pembangunan lapangan terbang bertaraf internasional dikabupaten Bungo.
Semua pencapaian ini bisa beliau laksanakan karena dalam melaksanakan tugas pemerintahannya, beliau selalu berpandangan bahwa hal tersebut semuanya untuk kepentingan warga Bungo. Kecintaan beliau terhadap warga Bungo juga terlihat dari sikapnya yang selalu memenuhi undangan warga dan sahabatnya.
Dian Febriyansyah - Putra ke-4 H. Zulfikar Achmad
Sebagai seorang anak, satu hal yang tak bisa saya lupakan dari sosok papa adalah karakternya yang keras. Beliau selalu disiplin, tanggung jawab pada pekerjaan. Tak jarang karena kita masih dalam taraf transisi menuju kedewasaan kita merasa terlalu disiplin itu tidak enak. Tapi tentu saja semua hal tersebut dalam kerangka mendidik. Tapi beliau juga orang tua yang senang berkumpul dengan keluarga dan makan bersama. Itu yang tidak berubah sampai sekarang.
Terkadang saya pernah berontak juga, tapi masih dalam taraf bandel anak-anak. Saya tidak begitu lama di Jambi, karena memang sejak lahir saya di Jakarta. Tapi walau begitu tidak mengurangi cinta saya kepada Jambi dengan mau peduli perkembangan yang ada di sana.
Perkembangan itu salah satunya dengan adanya pembangunan bandar udara. Dengan adanya bandar udara, salah satu permasalahan investor untuk datang ke Bungo disektor transportasi yang menghabiskan waktu, tenaga dan biaya bisa teratasi. Tentu saja ini akan mendukung iklim investasi di Bungo, sebagai daerah yang memiliki banyak potensi dan kekayaan sumber daya alam.
Perkembangan lainnya kalau dulu, lampu sehari padam, sehari hidup, kini tidak lagi. Semoga semua ini bisa membantu tercipta iklim investasi, termasuk halnya perkembangan hotel, yang akan semakin tinggi tingkat huniannya seiring dengan pembangunan pariwisata Kabupaten Bungo. Tentu saja ini semua merupakan peluang yang harus bisa dimanfaatkan. |